Assalamualaikum
Saya Ryan Ramadhani biasa
dipanggil Ryan Dilahirkan di Sukabumi, 05 Mei 1989,Seorang Guru Honorer di sekolah swasta
Kab.Sukabumi Tepatnya di SMPN 2 CIDAHU Ds.Pasirdoton Kec.Cidahu,
Alhamdulilah Pernah menjadi Guru Ambasador Quipper School 2016 dan Alhmadulilah
telah berhasil mengikuti pelatihan
Virtual Cordinator Online Training Batch 2 yang diselenggarakan oleh
seamolec. Saya adalah Guru di
Kab.Sukabumi yang masih banyak kekurangan dan kesalahan tapi saya selalu
mencoba memperbaiki diri dalam hal mengajar dengan cara mengikuti seminar
online seperti : White Board
Animation,Blender,Blog, bahkan saya mengikuti seminar seperti sagusaku dan menemu baling Dll.
Saya selalu bersyukur
walaupun dengan jarak yang jauh dari rumah ketempat seminar saya selalu
berusaha mengikutinya walaupun banyak rintangan Yang harus saya hadapi ,
Saat ini,
kita menghadapi revolusi industri keempat yang dikenal dengan Revolusi Industri
4.0. Ini merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini berkembang sangat
pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru. Inovasi ini juga mampu
mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat lagi mampu
menggantikan teknologi yang sudah ada.
Menghadapi tantangan yang
besar tersebut maka pendidikan dituntut untuk berubah
juga. Termasuk pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi
industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan
teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber
(cyber system). Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung
secara kontinu tanpa batas ruang dan batas waktu.
Indonesia tergolong lambat
dalam merespon revolusi industri 4.0 dibandingkan negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura. Sistem pendidikan 4.0 baru bergaung kencang dalam
tahun ini. Oleh karena itu, pemerintah harus menyediakan fasilitas yang memadai
dalam menyongsong era Pendidikan 4.0.
Sebagai garda terdepan
dalam dunia pendidikan, guru harus
meng-upgrade kompetensi dalam menghadapi era Pendidikan 4.0. Peserta didik yang
dihadapi guru saat ini merupakan generasi milenial
yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Peserta didik sudah terbiasa dengan
arus informasi dan teknologi industri 4.0. Ini menunjukkan bahwa produk sekolah
yang diluluskan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0.
Mengingat tantangan yang
besar tersebut, maka guru harus terus belajar meningkatkan
kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial. Jangan
sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0, belajar dalam ruang
industri 3.0, dan diajarkan oleh guru industri
2.0 atau bahkan 1.0. Jika ini terjadi, maka pendidikan kita akan terus tertinggal
dibandingkan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar ini.
Kualitas guru harus sesuai dengan performa guru yang
dibutuhkan dalam era industri 4.0. Penulis menyebut guru yang
memiliki kualitas seperti tersebut sebagai guru 4.0.
Era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang
sangat berat dihadapi guru. Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam
pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad
ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun
mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang
sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana
saat ini terimplementasi akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu
berkompetisi dengan mesin.
Oleh karena itu, guru harus
mengurangi dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan harapan
peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin. Pendidikan yang diimbangi
dengan karakter dan literasi menjadikan peserta didik akan sangat bijak dalam
menggunakan mesin untuk kemaslahatan masyarakat.
Era pendidikan 4.0 merupakan jawaban atas
terjadinya revolusi industri 4.0. Guru 4.0 sangat dibutuhkan dalam menghadapi
era pendidikan 4.0. Bagaimana menjadi guru 4.0?
Pertanyaan ini sangat penting dijawab agar guru mampu
meningkatkan kompetensi menuju guru 4.0.
Guru 4.0 memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik peserta didik
menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru 4.0 merupakan guru yang
mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalampembelajaran.
Butuhkompetensi
Revolusi industri 4.0 ditandai oleh hadirnya empat hal, yaitu komputer super,
kecerdasan buatan (artificial intelligency), sistem siber (cyber system), dan
kolaborasi manufaktur. Dengan demikian dibutuhkan kompetensi yang mampu
mengimbangi kehadiran keempat hal itu dalam era Pendidikan 4.0. Kompetensi yang
dibutuhkan tersebut merupakan salah satu proyeksikebutuhankompetensiabad21.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam era Pendidikan 4.0 adalah: Pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill). Kompetensi ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Guru 4.0 harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor kompetensi ini dari diri peserta didik.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam era Pendidikan 4.0 adalah: Pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill). Kompetensi ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Guru 4.0 harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor kompetensi ini dari diri peserta didik.
Kedua,
keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative
skill). Sebagai satu kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam abad 21,
keterampilan ini harus mampu dikonstruksi dalam pembelajaran. Model
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus diterapkan guru guna
mengkonstruksi kompetensi komunikasi dan kolaborasi.
Ketiga, keterampilan berpikir kreatif
dan inovasi (creativity and innovative skill). Revolusi industri 4.0
mengharuskan peserta didik untuk selalu berpikir dan bertindak kreatif dan
inovatif. Tindakan ini perlu dilakukan agar peserta didik mampu bersaing dan
menciptakan lapangan kerja berbasis industri 4.0. Kondisi ini diperlukan
mengingat sudah banak korban revolusi industri 4.0. Misalnya, banyak profesi
yang tergantikan oleh mesin digital robot. Contoh, pembayaran jalan tol
menggunakan e-toll. Sistem ini telah memaksa pengelola jalan tol untuk
memberhentikan tenaga kerja yang selama ini digunakan di setiap pintu tol.
Keempat, literasi teknologi informasi
dan komunikasi (information and communication technology literacy). Literasi
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kewajiban bagi guru 4.0.
Literasi TIK harus dilakukan agar tidak tertinggal dengan peserta didik.
Literasi TIK merupakan dasar yang harus dikuasai guru 4.0
agar mampu menghasilkan peserta didik yang siap bersaing dalam menghadapi
revolusi industri 4.0.
Kelima, contextual learning skill.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang sangat sesuai diterapkan guru 4.0.
Jika guru sudah menguasai literasi TIK, maka
pembelajaran kontekstual era pendidikan 4.0 lebih mudah dilakukan.
Kondisi saat ini TIK merupakan salah satu konsep kontekstual yang harus
dikenalkan oleh guru. Materi pembelajaran banyak kontekstualnya
berbasis TIK sehingga guru 4.0 sangat tidak siap jika tidak
memiliki literasi TIK. Materi sulit yang bersifat abstrak mampu disajikan
menjadi lebih riil dan kontekstual menggunakan TIK.
Keenam, literasi informasi dan media
(information and media literacy). Banyak media infromasi bersifat sosial yang
digandrungi peserta didik. Media sosial seolah menjadi media komunikasi yang
ampuh digunakan peserta didik dan guru.
Media sosial menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru 4.0.
Kehadiran kelas digital bersifat media sosial dapat dimanfaatkan guru,
agar pembelajaran berlangsung tanpa batas ruang dan waktu.
Guru harus siap menghadapi era pendidikan 4.0 meskipun disibukkan oleh
beban kurikulum dan administratif yang sangat padat. Jika tidak, maka generasi
muda kita akan terus tertinggal dan efeknya tidak mampu bersaing menghadapi
implikasi Revolusi Industri 4.0. Momentum Hari Guru Nasional (HGN) 2018 ini
hendaknya dapat dijadikan guru untuk terus meningkatkan
kompetensi menuju guru 4.0.
Renungan Sore Ini. Sore ini aku merenung seorang diri di depan teras rumah, merenungkan tentang segala sesuatu yang telah aku lakukan sebagai seorang guru. Apakah sesuatu yang bisa menginspirasi murid – muridku, akankah diantara mereka kelak dua puluh tahun yang akan datang menyampaikan kebanggaannya. Bahwa aku adalah sosok inspirasi yang membuat mereka sukses sekarang.
Renungan Sore Ini. Sore ini aku merenung seorang diri di depan teras rumah, merenungkan tentang segala sesuatu yang telah aku lakukan sebagai seorang guru. Apakah sesuatu yang bisa menginspirasi murid – muridku, akankah diantara mereka kelak dua puluh tahun yang akan datang menyampaikan kebanggaannya. Bahwa aku adalah sosok inspirasi yang membuat mereka sukses sekarang.
Sungguh kelak aku merindukan murid –
muridku bukan hanya orang – orang yang sukses secara ekonomi, tetapi juga mulia
dalam akhlak. Karena itulah yang paling aku impikan. Aku tidak tahu apa yang
akan terjadi pada zaman itu, dua puluh tahun yang akan datang, zaman yang aku
mungkin telah tiada atau mungkin aku yang sudah mulai tua.
Aku pun tak berharap kelak ada murid
– muridku ada yang mengatakan “mimpi – mimpiku hancur karena guruku”. Sungguh
aku berlindung kepada Allah dan memohon ampun kepadanya, jika pada waktu yang
sudah kulewati ada kata dan sikap yang menyakitkan dan menyayat hati murid –
muridku. Ah, rasanya menyesal diriku jika ku ingat dulu aku pernah membentak di
antara murid – muridku, memukul meja, berteriak dengan kencang di dalam kelas,
karena ketidaksabaranku mendidik mereka.
Aku pun tidak berharap kelak ketika
aku sedang berjalan, berpapasan dengan murid – muridku, mereka tidak menyapaku.
Mungkin karena kesalahanku di masa lalu bahwa aku tidak pernah menyapa mereka,
saat – saat mereka sedang di bangku sekolah. Atau karena aku tidak
memperhatikan mereka saat mereka butuh perhatian dari seorang guru sepertiku.
Kelak ketika mereka sudah lulus
sekolah, sungguh tak ingin aku mendengar mereka tertawa dengan riangnya, karena
menertawakan kebodohanku sebagai guru. Aku tidak ingin dikenang sebagai sosok
guru yang tidak bersahabat bagi mereka, tidak berwibawa, membosankan, tidak
asyik dan segala cap jelek lainnya.
Tak ingin menjadi sosok yang tidak
istimewa bagi murid – muridku, pagi ini aku bertekad menguatkan diri untuk
terus mengasah diri untuk menjadi guru inspiratif bagi murid – muridku.
Aku ingin dikenang sebagai guru yang inspiratif bagi murid – muridku yaitu guru
– guru yang kata – kata serta perilakukanya bisa diteladani.